Teori Ketidakpastian

Friday, March 30, 2012

Curahan Hati seorang Guru muda


Hai, semua. Kali ini gue mau curhat. (nggak pake acara lawakan ato main-main). Serius gue mau curhat, jadi gue harap lo simak aja. Hmmm... Nggak tahu dah ini postingan tepatnya dikasi judul apa. “KESABARAN SEORANG GURU”, , , “PAHIT GETIRNYA JADI GURU”, , , atau “NASIB TRAGIS SEORANG GURU MUDA”. (It’s complicated).

Well, ceritanya sih udah dari pertama gue memulai karir sebagai guru honorer.  Itu sekitar 3 bulan yang lalu. Nggak kebayang deh, dunia kerja ternyata sekejam ini. LEBIH TEPATNYA TIDAK ADIL. IRONI. INI SEBUAH IRONI KEHIDUPAN *dalem. Pas masih kulih. Gue ngebayangin enaknya kalau udah kerja. Ngajar sesuai jadwal. Ketemu murid-murid yang lucu, bandel, ketawa” penuh kesenangan. Tiap awal bulan dapet gaji. Jalan2 ngabisin gaji. Dan lain-sebagainya yang nyenengin dan penuh dengan hal baru. *only a hope.

But, the reality... actually right now. Gue bener-bener ngerasa beban seluruh dunia ada dipundak gue. Dan itu bikin gue tertekan secara mental. Gue tetep berusaha professional dan bertanggung jawab. Karena gue orangnya beneran idealis. Jadi nggak peduli dah dengan semua yang menghambat, yang penting keyakinan (paham) tetap jalan. Yaitu ngajar. TITIK.

Banyak hal yang secara real (fakta dilapangan) yang jauh dari apa yang gue bayangin sebelumnya. Mulai dari menerima kenyataan bahwa,  sekolah gue ngajar itu jaraknya lebih dari 36 km (untuk ukuran pekerjaan, ini mengurah tenaga, dan kantong). Terlebih lagi kenyataan status gue yang guru honorer. Asal lo tahu ya... gaji seorang guru honorer itu tidak lebih dari 1/6 dari gaji guru tetap, dan 1/20 gaji guru Negeri . bisa nggak lo bayangin, gimaana tragisnya nasib seorang guru honorer. Jujur ni ya, kalau gue sih nggak pernah terlalu serius soal uang. Dari gue kecil juga enggag terlalu mentingin uang. GUE TAHU UANG BISA MEMBELI LEBIH BANYAK KEBAHAGIAAN. GUE JUGA TAHU KALAU SEGALA-GALANYA BUTUH UANG. TAPI GUE JUGA SADAR,,, KALAU UANG ITU BUKANLAH SEGALA-GALANYA. Dan Untung (bersyukur) kalau gue itu dilahirkan di keluarga yang mampu, meskipun nggak begitu kaya...setidaknya semua tercukupi. (cukup makan, baju, motor, huehe.. cukup yg lain jg).

Terlepas dari permasalahan uang. Ternyata ada hal lain yang baru gue sadari. Bahwa menjadi seorang GURU (diGUGU, dan ditiRU) itu benar-benar dituntun menjadi seorang yang memiliki kelebihan yang tidak hanya dari segi pengetahuan, tetapi juga mental, dan spiritual.

Untuk masalah pengetahuan, okelah... gue termasuk cpet belajar jadi sambil jalan bisa diberesin... spiritual nggak jelek amat. Cuman yang terakhir, yaitu mental. Yang ini beneran mental gue beneran sedang diuji.

 Ngadepin murid itu ibarat berusaha membangun istana pasir di deket pantai. Sedikit dibangun, ombaknya dateng ngancurin. 

Ngadepin murid dikelas itu juga kayak orang nyusun kartu domino, sedikit ilang konsentrasi... kartunya bakalan runtuh. 

Ngadepn murid dikelas itu juga kayak orang pacaran, mesti pinter ngerayu, pinter mencuri perhatian, pinter menempatkan diri diposisi mereka dan ngebuat mereka nyaman dengan kita. 

Dan ngadepin murid dikelas itu mirip bediriin benang yang basah. Butuh kesabaran SUUUUPPER super super EKSTRA SABAR.

Tadi siang gue beneran berasa mau berhenti jadi guru (baca: tempat gue ngajar). Pas gue ngajar FISIKA, dikelas VIII-A. gue bener-bener ngerasa nggak ada gunanya jadi guru. Gue udah berusaha ngadepin sesabar-sabarnya orang sabar. Jelasin tiap penggal materi, tiap rumus, dari orang-perorang. Tapi mereka tetap nggak ngerti (yang ngerti itu nggak lebih dari itungan jari). Oke gue dulu pernah jadi murid, jadi ngertilah dengan keadaannya, banyak factor yang bikin minat belajar itu rendah. Gue juga ngerti kalau taraf intelijensi tiap orang itu beda-beda. Tapi yang gue nggak abis pikir itu, ada beberapa murid gue yang bisa cekikikan pas gue ngajar. Gue paling sebel sama yang satu ini. Disaat murid yang lain serius belajar. Mereka malah main. Coba ini ibarat duri dalam daging. Pengen dah gue potong trus gue buang. Gue emosi.. gw ngerasa mereka terlalu menganggap remeh peran seorang guru. Disana ada seorang manusia yang sedang berbuat mulia. Berusaha membuat mereka menjadi manusia yang cerdas. Tetapi mereka sendiri, TIDAK MENGIJINKAN DIRI MEREKA DIJADIKAN CERDAS.  Bagaimana kita bisa mengisi botol dengan air... kalau botolnya itu masih tertutup. Bagaimana seorang guru bisa mentransfer ilmunya... kalau muridnya itu sendiri nggak mau dijadiin pinter. Saking emosinya ! rasanya gue pengen cepet2 keluar dari kelas itu. Ada pepatah yang bilang, TENGOKLAH KEARAH LAIN SAAT DUNIA BERPALING DARIMU. Tadi gue anggep dunia (baca: murid yang nggak menghormati guru) berpaling dari gue, dan gue pun harus pergi ninggalin mereka. Tapi hati kecil gue berkata lain., tanggungjawab nggak boleh ditinggalkan. Dan disana masih ada murid-murid yang haus akan ilmu, yang seneng diajar sama gue. Sampai akhirnya pelajaran pun berakhir. Dan gue keluar berusaha menenangkan diri dan mengambil pelajaran dari itu semua.

Setelah jam istirahat. Gue lanjut ngajar dikelas VIII-C. seperti biasa gue masuk kelas dan semua berdiri  bersiap memberi salam. Salam khas orang bali yaitu panganjali, Om swastiastu (mirip Namaste di India,  yang artinya saya menghormat kepada Tuhan yang ada didalam dirimu). Namun sebelum salam itu dihaturkan, gue mendengar seorang murid berkata lain. Spontan gue bertanya siapa yang berkata tidak sopan ketika memberi salam.. Yang lebih kaget lagi, murid gue itu orang bali sendiri. (note: sekolah gue itu muridnya lintas agama dan suku). Nah ini yang gue bikin semakin emosi. Ada murid yang tidak menghormati kebudayaannya sendiri. Dan dia layak diberi hukuman.  Dan ini Untuk pertama kalinya seumur hidup gue mengajar. Gue menghukum seroang murid, dengan menyuruhnya push-up 10x. (gue harap dia merenungi kesalahannya).

Entah apa yang salah.. banyak hal yang bikin gue gag nyaman. Dan selalu mendengar bisikan, “sudah berhenti saja.. cari tempat ngajar lain.. ato nggak dirumah saja... jaga toko ibuk mu .. penghasilannya jauh melebihi gajimu”. Tapi kalau gue berhenti, sama aja gue lari dari tantangan. Lari dari tanggung jawab. Dan itu samasekali menyimpang dari idealisme gue. Dilain pihak, gag semuanya tampak buruk. layaknya mata uang dengan dua sisi. mengajar juga punya sisi baiknya. Dimana gue jadi bisa belajar mengenal banyak orang, berbagi tawa, berbagi ilmu, menambah teman, dan berbagai hal menyenangkan lainnya. So, Gue akan berusaha sebisanya dan bertahan semampunya. Sampai pada akhir kisah yang sudah gue harapkan sebelumnya. Semoga 6 bulan ini berlalu dengan baik. Dan planning gue berjalan dengan restu Tuhan.


Well done, that’s all my effusive. Hope tomorrow would be better then today. (need more blessing).

1 comment:

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete