Teori Ketidakpastian

Thursday, April 26, 2012

WAYANG part II. (Kasta, Gue, dan Bule)


Siang semua,, kali ini gue nongol lagi. Nongolnya nggak ditempat-tempat yang aneh kok.  Bukan di toilet. Di Jamban. Ato kuburan. Hihihii.... kali ini gue nongol di salah satu puri di Bongkasa (desa gue). Yupp.. kali ini gue mau cerita pengalaman gue tadi pagi pas nganterin babe gue nge”WAYANG. (mungkin ini bisa di link’in sama cerita gue yang Wayang part I, yang judul sama isinya beda abis. Huehe). Lansung aja ya..  cekidot.

 **
Pagi ini gue mendapat tugas nguopin ditempat orang ngaben (bantu-bantu di tempat orang meninggal). Tapi selesai nyate, gue ditelpon sama kakak cewek gue. Katanya gue mesti cepet2 pulang, coz bicoz my father will going to ngeWAYANG. Gue pun langsung pulang, dan dalam sekejap mata ubur-ubur, gue mengganti pakaian gue. Pakai pakaian adat ya. lengkap dengan destar putih. Udah selesai berpakaian, gue pun nunggu jemputan. Tapi saking lamanya jemputannya nggak nongol... alam memanggil gue (panggilan alam). Kampret ... disaat genting gini si lele kuning malah mau keluar. (sory ya agak jorok). Pas keluar dari toilet. Mobil jemputannya tiba. Dan gue pun bergegas berpakain.

Jarak rumah gue sama tu puri deket ya... kira-kira 100 meter. (yang nggak tahu Puri, Puri itu tempat tinggal orang dari golongan bangsawan versi Bali,tar gue bahas deh). Lanjut. Setibanya di sana. Gue pun turun. Karena gue tahu bakalan rame. Jadi gue mencoba turun dengan wibawanya. Kamppreet lagi dah.. sandal gue keinjek sama kaki gue sendiri. Alhasil sandal gue itu PUTUS. *COTTTT. Sandal gue putus. Mau apa lagi? Pulang? nggak mungkin. Minjem? Sama siapa coba... kalau beli? Gue nggak bawa duit men. Yaudah.. terpaksa gue NYEKER. MAHATMA GHANDI AJA KETEMU RATU INGGRIS NGGAK PAKE SENDAL.. CUMA PAKE SELEMBAR KAIN. Gue juga gpp donk, ke Puri nggak pake sandal *beladirisendiri.

Nah setibanya disana gue beneran kaget. Karena tempat gue duduk itu isinya orang berkelas semua (baca: bangsawan), banyak pejabat besar pula *gueminder. Nah.. biar nggak rancu gue jelasin dikit ya. Di Bali itu nggak ada yang namanya kasta. Yang ada itu warna (jenis pekerjaan). Tapi bukan berarti itu sepenuhnya benar lo! (mau ngomong apa sih?). Ya gini ya.. faktanya adalah.. di Bali, status sosial itu masih terlihat jelas. Meskipun sekarang sudah banyak yang terpengaruh globalisasi dan universalitas. Tapi tetap saja. Ketika masyarakat pribumi kayak gue, berbaur sama golongan tinggi (baca: bangsawan) itu terlihat jelas men. Gue nggak tahu kata lain yang pas buat nyebut jenjang, kelas, sama golongan tiap orang itu apa. Jadi disini gue sebut saja itu, “kasta”.
Nah.. kasta di sini itu banyak. 

Yang pertama dari sistem Warna (pekerjaan).  Ada empat golongan :
1.      Brahmana. Ini  golongan orang-orang yang mendedikasikan hidupnya dibidang kerohanian. Misalnya itu pendeta, pinanditha, pedanda.
2.      Ksatria. Yang kedua itu ksatria. Artinya orang-orang yang berkecimpung dibidang pemerintahan. Bisa pejabat Negara, pejabat daerah. Pokoknya orang – orang yang bekerja dibidan pemerintahan deh. Kalau ada ortu lo yang jadi PNS.. dia juga disebut ksatria.
3.      Waisya. Nah yang ini itu golongan biasa. Maksudnya orang – orang yang bekerja disektor riil. Misalnya, pengusaha, pedagang, investor, dsb.
4.      Sudra. Yang ini kasta terakhir. Golongan ini adalah golongan orang yang bekerja untuk ketiga golongan di atas. Dalam artian, mereka pekerja fisik. Misalnya itu buruh bangunan, pengasuh bayi, pokoknya yang dalam pekerjaannya menyangkut kontak fisik secara langsung.

Dari keempat golongan diatas, gue itu termasuk MIX-BREED (persilangan). Bokap gue itu PNS, jadi bisa dibilang kasta KSATRIA. Dan emak gue itu pedagang, kasta Waisya. Kalau dilihat, cukup kok. Terus kok gue minder disana.

Oke.. itu kasta berdasarkan warna (pekerjaan). Nah.. disamping itu juga ada kasta berdasarkan klan (baca: garis keturunan). Setahu gue, kasta inilah yang sangat terlihat jelas. Dari label nama aja sudah kelihatan prestisiusnya

Mari kita urut dari atas. Yang paling tinggi itu adalah COKORDA. Kalau nggak salah arti, asal katanya cokor + idewa , yang kalau diterjemahin harfiah berarti Kaki dari Dewa. Kasta ini berdarah keturunan raja. Lo tahu sendiri kan. Kalau jaman dulu itu ada asumsi bahwa, PARA RAJA ADALAH PILIHAN DAN SIMBOLIS DEWA DI BUMI. Agak berlebihan sih. Tapi masuk akal juga kalau dihubungin sama hukum reinkarnasi. Di mana tiap orang membawa karma ketika lahir. Jadi nggak heran kalau ada orang yang terlahir sebagai putra raja. Ada yang terlahir sebagai putra perampok, dan lain sebagainya. Itu semua karena karma kita dimasalalu yang beda – beda. Kalau gue ngertiinnya kayak gini. Sama kayak tabungan. Kalau tabungan (karma baik) kita banyak, kita bisa liburan ke luar negeri, kemana aja enak, senang bahagia. Nah, yang tabungannya sedikit (karma buruk), bahkan sampai ngutang... tentu nggak akan dapet liburan. Nggak enak banget deh. Jadi kalau ada orang yang label namanya isi cokorda, udah pasti dia berasal dari trah Raja.

Yang kedua itu golongan bangsawan. Ini ada banyak, yang gue tahu sih kalau ada yang nama depannya isi label, ANAK AGUNG, NGURAH AGUNG, pokoknya isi agung-agung. Itu dipastiin dari klan bangsawan (kerabat raja).

Terus ada lagi yang isi nama, ngurah, dewa, dan lain-lain. Itu dari kerbatnya kerabat nak agung (sotoy). Kalau orang yang berlaberl, Pande, itu berasal dari klan pandai besi. Masih banyak lagi deh.. gue tahunya cuma dikit. Takut salah. *huehe.

*Kalau lo sendiri apa nyet??. Nah gue itu dari klan biasa (bukan bangsawan). Bisa dilihat dari label nama gue, yaitu Ketut. Itu nama biasa. Ini dibedain berdasarkan urutan lahir, yaitu: WAYAN (untuk anak pertama), Made/Kadek (untuk anak kedua), Nyoman/Komang (untuk anak ketiga, dan KETUT (untuk anak ke-empat). Gue pernah lihat salah satu fanpage di facebook, “SELAMATKAN KETUT DARI KEPUNAHAN”. Itu ada benernya juga. Karena sistem KB di Indonesia itu ,”DUA ANAK LEBIH BAIK”. Dan biasanya orang nambahin lagi 1 buat jaga-jaga. Artinya kebanyakan keluarga itu 2 atau 3 anak doank. Kalau terus-terusan kayak gitu! Nama Ketut bakalan Punah. #i’m care.

BACK TO TRAVELOGUE. Kembali ke laptop. Acaranya sudah dimulai. Babe gue memulai pertunjukan wayangnya. Dan gue duduk tenang disamping pak kusir yang sedang bekerja. Huehe. Nggak lah. Gue duduk deket babe gue. Dari kejauhan gue lihat ada 3 ekor orang bule sedang jeprat-jepret. Yang jadi guide tour tu bule, Gung Man, kenalan gue. Gung Man itu juga punya hubungan keluarga sama Puri tempat acara tersebut, jadi wajar dia ada disana. Dia sibuk. Jadi Bule-Bule’nya dibiarin aja berkeliaran gitu aja. Dari tadi tu bule terus senyum-senyum ke gue. Dan gue pun senyum-senyum ngelihat kamera DSLR yang ia bawa *keren.

Seorang bule wanita yang gue yakini berdarah Indian keturunan jepang nyamperin gue. 

Gue sebut dia BUWANITA JEPJEPPIAR , yang artinya BULE WANITA JEPRAT JEPRET KETEPIAR. *ngaco.

Buwanita jepjeppiar,  “YOU CAN SPEAK ENGLISH!!”

Gue melongo ileran, “YESS.. YESS......” (tahunya itu doank).

"IS THAT YOUR FATHER??" –kata dia lagi.

Gue, “HOOK OH.. YES”. (SUMPA TAUNYA ITU DOANG). "MADAM, DO YOU A JAPANESS? I THINK YOUR FACE LIKE A JAPANESS OR INDIAN (maksud gue suku indian). *gue mulai berani ngebacot.

Bule cowok nyamperin gue. PASTI DIKIRA GUE NGERAYU BINI-NYA. Bule cowok itu gue sebut aja BuPeTung-TungJer, artinya Bule Perut Kentung ala Mejik Jer *huehe tambah ngaco). 

Yang cewek ngomong lagi sama gue. “WHAT MES DIS BLES BLUSS??”..

Gue melongo, nggak denger jelas apa yang dia bilang. Lalu si BupeTungTungJer deketin kuping gue lalu ngomong, “WHAT MAKES THIS SHADOW PUPPET??”.

Gue, “ohh.. WICH ONE? THE RED OR THE BLACK ONE?”. *semenit deket bule gue jadi jago basa inggris. LUAR BIASA #it’s magic.

BupeTungTungjer nyahut, “YEA... YEA.. I MEAN THAT WAYANG. WHAT MAKES IT?”

“OWHH... IT MAKES FROM  SKIN... SKIN COW *sambil nunjuk kulit gue (gue kan Sapi..hohoho #ketawasetan). 

Tu bule mangguk-mangguk.
“WHO MADE IT?”.

Gue bengong lagi, loading kitar 60 detik lalu jawab, “MY GRANDFATHER... “ (takut Juri buru-buru mencet bel #quis kale).

"OWH.. SO IT’S YOUR CLAN. YOUR GRANDFATHER MAKE IT.. AND THAT IS YOUR FATHER.. SO YOU MIGHT LEARN THIS FOR THE NEXT GENERATION?”. –sahut si Bule.

Gue, “HMMM... NO.. NOT YET” #bijak.

Dan kita pun mengobrol kesana kemari nggak jelas. dan ditengah percakapan. Gue jadi inget salah satu ucapan Raditya Dika di buku blognya, yang megatakan kalau Bule Australia itu rada-rada bolot. (sory kalau ada bule yang baca blog gue). Ini beneran deh. 

Gue nanya dia, “IS THIS YOUR FIRST TIME IN BALI?”. (YES). “SO WHERE IS YOUR FIRST DESTINATION??”

NAH LO,, TU Bupetungtungjer malah jawab, “OHH.. I LIVE AT LODTUNDUH.. UBUD. IT’S VERY NICE. THE PEOPLES IS SO FRIENDLY.. BLAA..BLAAA BLAAA...

-_-
Gue diem, , “OWHH.. YES YES...” *sambil nyengir kuda. (KAMPRET.. GUE NANYA APA DIA JAWAB APA). Ternyata sekali lagi RADITYA DIKA BENAR. DIA SELALU BENAR. *tepuktangan.

Maunya gue jawab, YAIYALAH VERY NICE, BALI GITU LOH....  cuman gue nggak tau basa inggrisnya gitu loh. Makanya gue jawab yes.. yes aja.

POKOKNYA KALAU LO NGGAK NGERTI SAMA APA YANG DIOMONGIN LAWAN BICARA LO. ALTERNATIFNYA ITU ADALAH IYA..IYAIN AJA. OKEY!!!

Selesai acara. Gue pun meninggalkan tempat upacara dengan tanpa alas kaki. Huehue... ini beneran uji kemaluan #malu-maluin.
:p




LAST WORD :
SWEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN. SEDIA SENDAL SEBELUM KEHILANGAN

No comments:

Post a Comment