Siang semua,, kali ini gue nongol
lagi. Nongolnya nggak ditempat-tempat yang aneh kok. Bukan di toilet. Di Jamban. Ato kuburan. Hihihii....
kali ini gue nongol di salah satu puri di Bongkasa (desa gue). Yupp.. kali ini
gue mau cerita pengalaman gue tadi pagi pas nganterin babe gue nge”WAYANG.
(mungkin ini bisa di link’in sama cerita gue yang Wayang part I, yang judul sama isinya beda
abis. Huehe). Lansung aja ya.. cekidot.
**
Pagi ini gue mendapat tugas nguopin ditempat orang ngaben (bantu-bantu di tempat orang
meninggal). Tapi selesai nyate, gue ditelpon sama kakak cewek gue. Katanya gue
mesti cepet2 pulang, coz bicoz my father will going to ngeWAYANG. Gue pun
langsung pulang, dan dalam sekejap mata ubur-ubur, gue mengganti pakaian gue.
Pakai pakaian adat ya. lengkap dengan destar putih. Udah selesai berpakaian,
gue pun nunggu jemputan. Tapi saking lamanya jemputannya nggak nongol... alam
memanggil gue (panggilan alam). Kampret ... disaat genting gini si lele kuning
malah mau keluar. (sory ya agak jorok). Pas keluar dari toilet. Mobil
jemputannya tiba. Dan gue pun bergegas berpakain.
Jarak rumah gue sama tu puri deket
ya... kira-kira 100 meter. (yang nggak tahu Puri, Puri itu tempat tinggal orang
dari golongan bangsawan versi Bali,tar gue bahas deh). Lanjut. Setibanya di
sana. Gue pun turun. Karena gue tahu bakalan rame. Jadi gue mencoba turun
dengan wibawanya. Kamppreet lagi dah.. sandal gue keinjek sama kaki gue
sendiri. Alhasil sandal gue itu PUTUS. *COTTTT. Sandal gue putus. Mau apa lagi?
Pulang? nggak mungkin. Minjem? Sama siapa coba... kalau beli? Gue nggak bawa
duit men. Yaudah.. terpaksa gue NYEKER. MAHATMA GHANDI AJA KETEMU RATU INGGRIS
NGGAK PAKE SENDAL.. CUMA PAKE SELEMBAR KAIN. Gue juga gpp donk, ke Puri nggak
pake sandal *beladirisendiri.
Nah setibanya disana gue beneran
kaget. Karena tempat gue duduk itu isinya orang berkelas semua (baca: bangsawan),
banyak pejabat besar pula *gueminder. Nah.. biar nggak rancu gue jelasin dikit
ya. Di Bali itu nggak ada yang namanya kasta. Yang ada itu warna (jenis
pekerjaan). Tapi bukan berarti itu sepenuhnya benar lo! (mau ngomong apa sih?).
Ya gini ya.. faktanya adalah.. di Bali, status sosial itu masih terlihat jelas.
Meskipun sekarang sudah banyak yang terpengaruh globalisasi dan universalitas.
Tapi tetap saja. Ketika masyarakat pribumi kayak gue, berbaur sama golongan
tinggi (baca: bangsawan) itu terlihat jelas men. Gue nggak tahu kata lain yang
pas buat nyebut jenjang, kelas, sama golongan tiap orang itu apa. Jadi disini
gue sebut saja itu, “kasta”.
Nah.. kasta di sini itu banyak.
Yang pertama dari sistem Warna
(pekerjaan). Ada empat golongan :
1. Brahmana. Ini golongan orang-orang yang mendedikasikan
hidupnya dibidang kerohanian. Misalnya itu pendeta, pinanditha, pedanda.
2. Ksatria. Yang kedua itu ksatria. Artinya
orang-orang yang berkecimpung dibidang pemerintahan. Bisa pejabat Negara,
pejabat daerah. Pokoknya orang – orang yang bekerja dibidan pemerintahan deh.
Kalau ada ortu lo yang jadi PNS.. dia juga disebut ksatria.
3. Waisya. Nah yang ini itu golongan biasa.
Maksudnya orang – orang yang bekerja disektor riil. Misalnya, pengusaha,
pedagang, investor, dsb.
4. Sudra. Yang ini kasta terakhir. Golongan
ini adalah golongan orang yang bekerja untuk ketiga golongan di atas. Dalam
artian, mereka pekerja fisik. Misalnya itu buruh bangunan, pengasuh bayi,
pokoknya yang dalam pekerjaannya menyangkut kontak fisik secara langsung.
Dari keempat golongan diatas, gue
itu termasuk MIX-BREED (persilangan). Bokap gue itu PNS, jadi bisa dibilang
kasta KSATRIA. Dan emak gue itu pedagang, kasta Waisya. Kalau
dilihat, cukup kok. Terus kok gue minder disana.
Oke.. itu kasta berdasarkan warna
(pekerjaan). Nah.. disamping itu juga ada kasta berdasarkan klan (baca: garis
keturunan). Setahu gue, kasta inilah yang sangat terlihat jelas. Dari label nama
aja sudah kelihatan prestisiusnya.
Mari kita urut dari atas. Yang
paling tinggi itu adalah COKORDA. Kalau nggak salah arti, asal katanya cokor + idewa , yang kalau diterjemahin harfiah berarti Kaki dari Dewa. Kasta ini berdarah
keturunan raja. Lo tahu sendiri kan. Kalau jaman dulu itu ada asumsi bahwa,
PARA RAJA ADALAH PILIHAN DAN SIMBOLIS DEWA DI BUMI. Agak berlebihan sih. Tapi
masuk akal juga kalau dihubungin sama hukum reinkarnasi. Di mana tiap orang
membawa karma ketika lahir. Jadi nggak heran kalau ada orang yang terlahir
sebagai putra raja. Ada yang terlahir sebagai putra perampok, dan lain sebagainya.
Itu semua karena karma kita dimasalalu yang beda – beda. Kalau gue ngertiinnya
kayak gini. Sama kayak tabungan. Kalau tabungan (karma baik) kita banyak, kita
bisa liburan ke luar negeri, kemana aja enak, senang bahagia. Nah, yang
tabungannya sedikit (karma buruk), bahkan sampai ngutang... tentu nggak akan
dapet liburan. Nggak enak banget deh. Jadi kalau ada orang yang label namanya
isi cokorda, udah pasti dia berasal dari trah Raja.
Yang kedua itu golongan bangsawan.
Ini ada banyak, yang gue tahu sih kalau ada yang nama depannya isi label, ANAK
AGUNG, NGURAH AGUNG, pokoknya isi agung-agung. Itu dipastiin dari klan
bangsawan (kerabat raja).
Terus ada lagi yang isi nama,
ngurah, dewa, dan lain-lain. Itu dari kerbatnya kerabat nak agung (sotoy).
Kalau orang yang berlaberl, Pande, itu berasal dari klan pandai besi. Masih
banyak lagi deh.. gue tahunya cuma dikit. Takut salah. *huehe.
*Kalau lo sendiri apa nyet??. Nah
gue itu dari klan biasa (bukan bangsawan). Bisa dilihat dari label nama gue,
yaitu Ketut. Itu nama biasa. Ini dibedain berdasarkan urutan lahir, yaitu:
WAYAN (untuk anak pertama), Made/Kadek (untuk anak kedua), Nyoman/Komang (untuk
anak ketiga, dan KETUT (untuk anak ke-empat). Gue pernah lihat salah satu
fanpage di facebook, “SELAMATKAN KETUT DARI KEPUNAHAN”. Itu ada benernya juga.
Karena sistem KB di Indonesia itu ,”DUA ANAK LEBIH BAIK”. Dan biasanya orang
nambahin lagi 1 buat jaga-jaga. Artinya kebanyakan keluarga itu 2 atau 3 anak
doank. Kalau terus-terusan kayak gitu! Nama Ketut bakalan Punah. #i’m care.
BACK TO TRAVELOGUE. Kembali ke
laptop. Acaranya sudah dimulai. Babe gue memulai pertunjukan wayangnya. Dan gue
duduk tenang disamping pak kusir yang sedang bekerja. Huehe. Nggak lah. Gue
duduk deket babe gue. Dari kejauhan gue lihat ada 3 ekor orang bule sedang
jeprat-jepret. Yang jadi guide tour
tu bule, Gung Man, kenalan gue. Gung Man itu juga punya hubungan keluarga sama
Puri tempat acara tersebut, jadi wajar dia ada disana. Dia sibuk. Jadi
Bule-Bule’nya dibiarin aja berkeliaran gitu aja. Dari tadi tu bule terus
senyum-senyum ke gue. Dan gue pun senyum-senyum ngelihat kamera DSLR yang ia
bawa *keren.
Seorang bule wanita yang gue yakini
berdarah Indian keturunan jepang nyamperin gue.
Gue sebut dia BUWANITA
JEPJEPPIAR , yang artinya BULE WANITA JEPRAT JEPRET KETEPIAR. *ngaco.
Buwanita jepjeppiar, “YOU CAN SPEAK ENGLISH!!”
Gue melongo ileran, “YESS.. YESS......”
(tahunya itu doank).
"IS THAT YOUR FATHER??" –kata dia
lagi.
Gue, “HOOK OH.. YES”. (SUMPA
TAUNYA ITU DOANG). "MADAM, DO YOU A JAPANESS? I THINK YOUR FACE LIKE A JAPANESS OR INDIAN (maksud gue suku indian). *gue mulai berani ngebacot.
Bule cowok nyamperin gue. PASTI DIKIRA GUE NGERAYU BINI-NYA. Bule cowok itu gue sebut
aja BuPeTung-TungJer, artinya Bule
Perut Kentung ala Mejik Jer *huehe tambah ngaco).
Yang cewek ngomong lagi sama gue. “WHAT MES DIS BLES BLUSS??”..
Gue melongo, nggak denger jelas apa
yang dia bilang. Lalu si BupeTungTungJer deketin kuping gue lalu ngomong, “WHAT
MAKES THIS SHADOW PUPPET??”.
Gue, “ohh.. WICH ONE? THE RED OR
THE BLACK ONE?”. *semenit deket bule gue jadi jago basa inggris. LUAR BIASA #it’s magic.
BupeTungTungjer nyahut, “YEA...
YEA.. I MEAN THAT WAYANG. WHAT MAKES IT?”
“OWHH... IT MAKES FROM SKIN... SKIN COW *sambil nunjuk kulit gue
(gue kan Sapi..hohoho #ketawasetan).
Tu bule mangguk-mangguk.
“WHO MADE IT?”.
Gue bengong lagi, loading kitar 60
detik lalu jawab, “MY GRANDFATHER... “ (takut Juri buru-buru mencet bel #quis kale).
"OWH.. SO IT’S YOUR CLAN. YOUR
GRANDFATHER MAKE IT.. AND THAT IS YOUR FATHER.. SO YOU MIGHT LEARN THIS FOR THE
NEXT GENERATION?”. –sahut si Bule.
Gue, “HMMM... NO.. NOT YET” #bijak.
Dan kita pun mengobrol kesana
kemari nggak jelas. dan ditengah percakapan. Gue jadi inget salah satu ucapan
Raditya Dika di buku blognya, yang megatakan kalau Bule Australia itu rada-rada
bolot. (sory kalau ada bule yang baca blog gue). Ini beneran deh.
Gue nanya dia, “IS THIS YOUR FIRST
TIME IN BALI?”. (YES). “SO WHERE IS YOUR FIRST DESTINATION??”
NAH LO,, TU Bupetungtungjer malah
jawab, “OHH.. I LIVE AT LODTUNDUH.. UBUD. IT’S VERY NICE. THE PEOPLES IS SO
FRIENDLY.. BLAA..BLAAA BLAAA...
-_-
Gue diem, , “OWHH.. YES YES...” *sambil nyengir kuda. (KAMPRET.. GUE
NANYA APA DIA JAWAB APA). Ternyata sekali
lagi RADITYA DIKA BENAR. DIA SELALU BENAR. *tepuktangan.
Maunya gue jawab, YAIYALAH VERY
NICE, BALI GITU LOH.... cuman gue nggak tau
basa inggrisnya gitu loh. Makanya gue jawab yes.. yes aja.
POKOKNYA KALAU LO NGGAK NGERTI SAMA APA YANG DIOMONGIN LAWAN BICARA LO.
ALTERNATIFNYA ITU ADALAH IYA..IYAIN AJA. OKEY!!!
Selesai acara. Gue pun meninggalkan
tempat upacara dengan tanpa alas kaki. Huehue... ini beneran uji kemaluan
#malu-maluin.
:p
LAST WORD :
SWEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN. SEDIA
SENDAL SEBELUM KEHILANGAN