Menurut penelitian yang pernah gue baca, menulis adalah
salah satu bentuk sarana buat ngilangin beban pikiran. Sama efektifnya dengan
curhat sama temen. Ini ampuh banget lho. Terserah bentuk tulisannya apa, mau
cerpen, cergam, diary, atao bisa salah satu blog kayak ini. Jadi buat kalian
yang maybe punya dilema dalem hati... gag ada salahnya mencurahkan air
matanya ekspresinya lewat tulisan. Ayo galakkan budaya menulis. TRUST ME IT
WORK.
Okeh.. kali ini gue mau ngebahas sama yang namanya puisi. Puisi bagi gue adalah sebuah hasil
cipta karya anak manusia yang sedang galau. Kenapa gue bilang galau. Karena
kebanyakan puisi yang bagus itu diciptakan dari perasaan terdalam dari si
penulis. Tak jarang mengungkapkan suasana yang sedang ia alami.
Bagaimana dengan PUJANGGA. Pernah denger kata pujangga kan?
Ya biasanya itu orang suka ngucapin kata, “ Aku Bukan Seorang Pujangga Cinta..
yang pandai merangkai kata..
Blaa..blaa.. etc”. Ya.. yang gue maksud disini adalah pujangga yang itu.
Yang mau gue bilang disini adalah, Bukan maunya dia buat jadi seorang pujangga.
Tapi keadaanlah yang memaksa seseorang menjadi pujangga atau seorang yang
puitis.
Gag percaya?. Orang (atau lo sendiri) kalau lagi jatuh cinta
pasti bawaannya mau nyanyiiiiii cinta-cintaan mulu. Itu juga merupakan suatu
ungkapan suasana hati, cerminan ekspresi diri. Yang lagi patah hati cobak,
meskipun seumur sekolahnya dia kali aja gag pernah ikut pelajaran bahasa, kalau
lagi dikondisi seperti itu pasti bawaannya nulis puisi patah hatiiii mulu.
Puisi itu menjadi indah karna ada maksud terselubung dibalik
tiap kalimatnya. Kerumitan Yang mengandung,, eh.. mengundang pemaknaan ganda
dari pembacanya. Ini gag hanya sebatas ambigu. Tapi malah bisa multi defisioner (apaan sih).
OKE sekarang gue latah dan ikutan bermelankolis ria. Dan
mencoba menulis puisi. KETULARAN Pak Habibie kali. (ini bukan ekspresi diri gue
ya bukan, ini bukan dari hati gue bukan, ini Cuma sekedar berpartisipasi doang
kok, SUMFA ANE DUBUR!!!).
Puisi pertama gue :
~Tanpa Apa dan Siapa~
Cukup lama ku berdiri di persimpangan ini,
Menatap kedua jembatan yang diselimuti
kabut putih.
Masih bertanya dalam benak,
Sejenak,
Haruskah ku berhenti melangkah?
Jembatan ini begitu rapuh,
Manakala kuseberangi...
Tak ada kesempatan tuk kembali.
Ingin rasanya kusibak kabut itu,
Biar terlihat apa yang menunggu ku di ujung
sana.
Jika itu tak bisa
Biarlah kubelah raga ini,
Biar aku sendiri yang menelusurinya,
Menemukan pelangi mana yang bersinar
untukku.
Sayang...
Kabut tak jua pergi,
Aku pun tak bisa membagi,
Disinilah ku masih berdiri,
Dipersimpangan yang sepi ini
Miris ya. iya.. iyain aja ya.
Mau tau artinya, artiin aja sendiri. huehe (gag jelas). sebenernya ada sih lagi satu.. cuman agak males nulis. check aja di akun facebook gw. atau kalau ntar ada inspirasi lagi gue posting dah.
inget sekali lagi ya! Puisi adalah sebuah ungkapan perasaan. Jadi seperti apa juga bentuknya.. mau pendek panjang, puitis ataupun klise. yg penting itu ungkapan perasaan. tetaplah namanya puisi.
uda ahh... met siang ya.
see yu